HAJI, JIHAD, DAN PENGORBANAN
Khutbah
Jumat Pertama
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله
فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله
إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، ولله الْحَمْدُ. الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، ولله الْحَمْدُ. الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Hari ini, kaum Muslimin insya
Allah akan mengawali bulan Dzulhijah 1432 H. Di mana di dalamnya terdapat
10 Hari pertama yang terkandung sekian keutamaan. Sepuluh hari yang sarat
dengan kebaikan. Kebaikan padanya bernilai utama di sisi Allah. Dari Ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَا
الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ مِنْهَا فِي هذَا الْعَشْرِ، قَالُوْا: وَلَا
الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ
وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.
“Tidak ada amal pada hari-hari, yang
lebih utama daripada amal-amal di sepuluh hari ini.” Mereka berkata, “Tidak
pula jihad?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menjawab, “Tidak
pula jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat menghadapi
musuh dengan jiwa dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu (dari
keduanya atau mati syahid).”
(HR. al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 969).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Salah satu ibadah utama di hari-hari
ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang
lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini sehingga orang-orang
mengatakan hari raya haji dan bulan haji. Haji adalah ibadah tua seumur bapak
para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah pembangun Ka’bah Baitullah dan
setelah itu dia mengumumkan haji ke seluruh penjuru bumi.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
وَإِذْ
يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلَ رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il (seraya berdoa),
‘Ya Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’.”
(Al-Baqarah: 127).
Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
إِنَّ
أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى
لِّلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96).
Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
وَأِذِّن
فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن
كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Al-Hajj: 27).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Salah satu hikmah Allah dalam
mensyariatkan ibadah adalah Dia menjadikannya beragam, di mana hal ini bisa
dilihat dalam ibadah-ibadah yang merupakan rukun Islam, syahadat merupakan
ibadah hati karena ia merupakan keyakinan dasar yang kemudian dilafazkan dengan
lisan, sementara shalat adalah gerakan jasad, ia merupakan ibadah badani, lain
lagi puasa yang merupakan sikap menahan diri, lalu zakat yang merupakan ibadah
hartawi dan yang kelima adalah haji yang menggabungkan semua sisi dari empat
ibadah sebelumnya. Dari sinilah, maka haji termasuk ibadah yang terakhir
diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu pada tahun 9 Hijriyah. Hal ini karena
haji memerlukan segala perkara yang diperlukan oleh empat rukun sebelumnya. Ia
memerlukan landasan iman yang tertanam dalam syahadat, ia memerlukan tenaga
jasmani dan harta yang ada pada shalat dan zakat, dan ia memerlukan sikap
menahan diri yang dikandung oleh puasa.
Maka dari itu, ibadah haji sarat
dengan nilai-nilai luhur, padat dengan jihad dan pengorbanan, penuh dengan
pendidikan dan penempaan diri. Kita menengok kepada syarat wajib haji, ia adalah
istitha’ah.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
وَللهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ
فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).
Kesanggupan atau kemampuan di mana
dasarnya menurut para ulama adalah kesanggupan finansial, kesanggupan tenaga
dan kesanggupan jalan, untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan usaha yang tidak
mudah, lebih tidak mudah lagi manakala harta yang telah diraih itu, yang
merupakan ketergantungan dan kecintaan jiwa, mesti dirogoh dari kantong untuk
membiayai diri, demi rukun Islam yang agung ini, belum lagi kesiapan jasmani di
mana modal utamanya adalah sehat. Dibutuhkan jihad melawan kecintaan berlebih
kepada harta agar jiwa rela dan lapang mengorbankannya demi kebaikan dan kemaslahatan
dirinya sendiri. Dibutuhkan pula jihad melawan kecintaan berlebih kepada sikap
santai dan rehat, sebab haji memang mengharuskan kelelahan, baik kelelahan
perjalanan dan kelelahan pelaksanaan.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Kita menengok lebih dalam kepada
aturan dan tatanan manasik haji. Kita bisa mendapatkan bahwa ia merupakan
pendidikan jihad agar jiwa menghormati dan menghargai batasan-batasan Allah,
menahan diri dengan tidak melanggarnya. Seperti kita ketahui, haji ditunaikan
dalam keadaan ihram, dan dalam ihram ini terdapat pantangan-pantangan yang
harus dijaga, seperti pakaian berjahit, topi atau kopyah, mencukur rambut,
memotong kuku, membunuh binatang buruan, memakai minyak wangi, bersetubuh,
menikah dan menikahkan. Semua ini adalah perkara-perkara yang harus dijauhi
semasa ihram, padahal sebagian darinya adalah perkara yang mungkin dalam
pandangan sebagian orang sepele, seperti menutup kepala dengan penutup atau
memotong kuku. Sementara sebagian lagi merupakan perkara yang disukai oleh jiwa
seperti minyak wangi dan bersetubuh. Akan tetapi semua itu adalah
bata-san-batasan Allah yang tidak patut disepelekan atau dipandang sebelah
mata.
Kita kembali menengok, aturan-aturan
di atas mengakibatkan sangsi dan hukuman bagi pelanggarnya, mulai dari
bersedekah dan berpuasa, sampai dengan mengalirkan darah dengan menyembelih
hewan ternak, sebuah pendidikan kedisiplinan dan tanggung jawab serta kesiapan
memikul resiko kelalaian dan kekhilafan, dan itu pun dalam bentuk perbuatan
yang kebaikannya kembali kepada diri sendiri atau kepada sesama. Firman Allah Subhanahu
Wata’ala,
وَالْبُدْنَ
جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَآئِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ
اللهِ عَلَيْهَا صَوَآفَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا
الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ . لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن
يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ
عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu
unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak
padanya, maka kalian sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam
keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka
makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada
padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami
telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik.”
(Al-Hajj: 36-37).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Mari kita lihat dan cermati tempat
di mana haji ini dilaksa-nakan, sebuah tempat yang berpusat di daerah Haram
yang memiliki hukum-hukum khusus yang berbeda dengan yang lain, salah satunya
jika di daerah selainnya keinginan berbuat keburukan belum diperhitungkan, maka
berbeda dengan di daerah Haram, ia diperhitungkan bahkan diancam siksa yang
pedih. Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ الله وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَآءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ وَمَن يُرِدْ
فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan siapa yang bermaksud di dalamnya
melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian
siksa yang pedih.” (Al-Hajj: 25).
Oleh karena itu, ayat Alquran yang
lain mengajarkan orang yang berhaji agar menghindari perkara-perkara yang dapat
mengurangi atau menghapus keutamaan ibadah haji. Firman Allah Subhanahu
Wata’ala,
فَمَنْ
فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh bersetubuh, berbuat
fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197).
Dan haji yang demikian melebur
dosa-dosa pelakunya sehingga dia pulang dalam keadaan sama dengan pada saat
dilahirkan oleh ibunya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ
حَجَّ لله، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Barangsiapa berhaji karena Allah,
lalu dia tidak melakukan bersetubuh dan tidak melakukan perbuatan fasik,
niscaya dia pulang seperti hari di mana dia dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaq
‘alaihi, Mukhtashar Shahih al-Bukhari,
no. 732; dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 641).
Juga sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu pada saat
dia masuk Islam,
أَمَا
عَلِمْتَ يَاعَمْرُو! أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهُ، وَأَنَّ
الْهِجْرَةَ يَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا، وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَاكَانَ
قَبْلَهُ.
“Apakah kamu belum mengetahui wahai
Amr, bahwa Islam menghapus apa yang sebelumnya, hijrah menghapus apa yang
sebelumnya, dan haji menghapus apa yang sebelumnya.” (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no. 64).
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Kita kembali menengok rangkaian
manasik haji: thawaf, sa’i, wukuf, melempar jumrah dan lain-lain.
Semua ini merupakan ibadah-ibadah yang menuntut aktivitas fisik yang
melelahkan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan ber-talbiyah,
ditambah dengan kepadatan manusia yang memiliki beragam bahasa dan tradisi,
berkumpul di satu tempat, di waktu yang sama, ditambah lagi cuaca yang
kadang-kadang berbeda jauh dengan cuaca di negeri sendiri. Semua itu tidak
jarang menimbulkan problem tersendiri yang menuntut usaha keras dan kesabaran
dalam menyikapinya, maka tidak berlebihan jika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mendudukkan haji dalam deretan amalan-amalan utama setelah
iman dan jihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu
أَنَّ
رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم سُئِلَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ:
إِيْمَانٌ بلله وَرَسُوْلِهِ. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي
سَبِيْلِ الله. قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: حَجٌّ مَبْرُوْرٌ.
“Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ditanya tentang amal apakah yang paling utama? Beliau
menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau
menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Beliau ditanya, “Lalu apa?” Beliau menjawab,
“Haji mabrur.” (HR. al-Bukhari, Mukhtashar Shahih
al-Bukhari, no. 25).
Tantangan dalam ibadah haji yang
dihadapi dan pengorbanan yang diberikan bertujuan melatih dan mendidik, ia demi
kebaikan dan kemaslahatan yang tidak mungkin diperinci satu demi satu, akan
tetapi yang telah kita ketahui sudah cukup menyadarkan kita akan hikmah mulia
dari ibadah haji. Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى
مَارَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا
الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ
“Supaya mereka menyaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya, dan (sebagian lagi) berikanlah
untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (Al-Hajj: 28).
Semoga saudara-saudara kita yang berangkat
haji dikaruniai Haji Mabrur yang memberi pengaruh baik dalam kehidupan dan
perilaku mereka, dan bagi saudara-saudara kita yang belum berangkat semoga
Allah memudahkan jalannya agar mereka juga bisa menyaksikan keagungan-Nya
melalui ibadah yang agung ini.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
Jumat Kedua
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ
فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِي
اللهم صَلِّ على مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ ِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بلله
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قُوْمُوْا إِلَى صَلَاتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ الله.
اللهم صَلِّ على مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ ِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بلله
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قُوْمُوْا إِلَى صَلَاتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ الله.
0 Response to "HUTBAH TENTANG HAJI, JIHAD, DAN PENGORBANAN"
Post a Comment